Minggu, 01 Juli 2018

RECTOVERSO : CINTA YANG TAK TERUCAP

RESENSI BUKU



             Definisi Cinta sangat beragam. Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa Cinta, bukan berarti harus memiliki. Cinta itu sesuatu yang rumit, sesuatu yang tidak mudah dipahami. Cinta adalah tentang menemukan muara yang membuat diri kita merasa nyaman berada di sana. Menemukan jalan pulang. Jalan menuju tempat yang membuat kita berada di tempat yang paling nyaman.
            Dewi Lestari, atau akrab dipanggil Dee, menuangkan dengan manis tentang kisah cinta yang tidak sempat tersampaikan dalam 11 Cerita pendek, dan 11 lagu di buku Rectoverso ini. Rectoverso di ambil dari bahasa yunani, yang berarti dua image yang saling bercermin. Pengistilahan dua image  yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Hal ini ditunjukkan oleh Dee dengan cara menyatukan sebuah cerita dan musik seperti buku dan lagunya,  keduanya saling menggambarkan isinya. Rectoverso mungkin hanya menuliskan kisah-kisah sederhana, tapi kesederhanaan itulah yang membuatnya tidak berjarak dengan para pembacanya.
            Sebelas cerita yang manis disajikan dalam bahasa puistis, penuh kedalaman makna, tanpa terkesan cengeng, justru terkesan penuh nuansa romantis.  Dee terlalu jenius dalam memainkan imajinasinya. Atmosfir penuh perasaan cinta, sangat terasa selama membaca buku ini.  Banyak cara untuk mencintai, walaupun tanpa perlu ada kata yang terucap. Seperti dalam cerita “ Hanya Isyarat” di halaman 52 : “ Aku jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu aku gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata, sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa aku kirimi isyarat, sehalus udara, langit awan atau hujan”.
            Atau dalam cerita “Aku Ada”, di halaman 39 :  “Bahasa yang kutahu kini adalah perasaan. Cinta adalah aku, cinta adalah engkau, cinta adalah dia, dan cinta tak pernah mati. Sekalipun jasadku sudah “.  Dalam Cerpen “Peluk”, halaman 60 :Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi”.
Dalam “Firasat”, ada makna yang dalam, bahwa alam terkadang memberikan sebuah tanda yang kita tidak menyadarinya ( halaman 106 )  : "Saat kepala kita sibuk berencana dan melamun tak karuan, hati kita bicara dengan alam, dengan malaikat, dengan hati-hati lain. Petunjuk dan tuntunan hidup tersedia di mana-mana. Hanya saja kita tidak terlatih untuk membacanya". Atau dalam Cerpen “Tidur”, halaman 147 : “Terkadang orang lupa, kebahagiaan yang terlampau memuncak akhirnya bisa melumpuhkan”.
Bagian menarik dari buku rectoverso ini adalah: judulnya yang "berkelas", cover yang ekslusif,  dan  halaman-halamannya yang dihiasi dengan foto artistik dan puitis.
Sebagai buku, Rectoverso berhasil menjadi bestseller. Pada tahun 2013, Keana Production melansir film omnibus berjudul Rectoverso : Cinta yang Tak Terucap,  yang mengangkat lima kisah dari sebelas cerpen dalam buku Rectoverso. Cinta memang kadang tak terucap, tapi percaya, cinta itu ada….

 JUDUL  BUKU         : RECTOVERSO
PENULIS                   : DEE / DEWI LESTARI
PENERBIT                 :  PT. BENTANG PUSTAKA  2013
Jumlah Halaman          :  174 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar