Rabu, 22 April 2020

Belajar dari Rumah, Apakah Mudah ?


https://kaltim.tribunnews.com/2020/04/02/belajar-dari-rumah-apakah-mudah

( tulisan dimuat di harian Tribun Kaltim, 03 April 2020 )

Oleh : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Praktisi Pendidikan.

Pelaksanaan pembelajaran dari rumah dalam masa darurat covid 19, untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA diperpanjang sampai waktu yang belum dapat ditentukan, dengan melihat perkembangan selanjutnya. Maka proses belajar mengajar yang semestinya tatap muka, masih tetap dilaksanakan jarak jauh dengan bantuan teknologi yang ada sekarang, di mana murid menerima materi dan mengerjakan tugas sekolah di rumah. Banyak aplikasi yang bisa dipakai untuk mempermudah proses pembelajaran ini, misalnya  WhatsApp, Skype, Google Class, Google Meet, Zoom, dan lainnya. Materi belajar juga bisa didapatkan secara on line, misalnya di aplikasi Ruang Guru, Ruang Belajar dan lainnya. Pastinya, semua bisa berjalan dengan baik apabila lengkap faktor pendukungnya, yaitu guru yang memahami teknologi dan kreatif, orangtua yang berpendidikan, sabar dan juga paham teknologi, dan tentu saja yang paling penting adalah memiliki HP dan Laptop yang memadai, kuota internet yang cukup, juga berada di lokasi dengan jaringan internet yang stabil.
Dalam pelaksanaan belajar dari rumah (home learning) ini, ternyata banyak hal yang membutuhkan perhatian kita semua. Pertama, masalah tugas sekolah yang menumpuk. Kegiatan mengajar bagi seorang guru, bukan hanya sekedar memberikan tugas sesuai capaian kurikulum, dan kemudian selesai.  Walaupun diselingi video pembelajaran, ujungnya, murid tetap “dipaksa” menyelesaikan tugas yang tidak sedikit. Dengan kemampuan murid, dan latar belakang keluarga yang berbeda, tentu saja ini menjadi beban bagi murid dan orangtua, karena harus menyelesaikan benyaknya tugas. Semestinya pemberian tugas lebih bervariasi, dan tidak monoton. Perlu kreativitas guru dalam hal ini. Sehingga murid tidak “klenger” dengan tugas.
Masalah kedua, adalah kurangnya pengawasan orangtua, sehingga membiarkan anak memegang HP seharian, dan tentu saja akan membawa dampak yang kurang baik. Dengan alasan agar anak bisa belajar on line, maka anak diberi kebebasan dalam memainkan gawainya. Akibatnya, tugas sekolah tidak terselesaikan karena anak terlalu asyik bermain games. Solusi masalah ini tentu saja ada di orangtua. Karena di rumah, orangtualah yang bertanggung jawab mendampingi anak-anaknya belajar. Sebaiknya selalu dampingi dan awasi anak-anak saat mereka belajar on line, dan tetap diberikan batas waktu kepada anak  dalam penggunaan gawai.
Masalah ketiga, adalah tidak adanya jaringan internet di rumah tinggal siswa atau guru. Sehingga, belajar on line tidak bisa dilakukan. Guru harus mempunyai data murid yang rumahnya memang sama sekali tidak terjangkau jaringan, sehingga pemberian materi dan tugasnya bisa berupa lembaran yang sudah difotokopikan, yang bisa diambil di sekolah, atau diantar ke rumah murid tersebut.
Masalah yang keempat, yang perlu diperhatikan adalah, tidak  semua murid memiliki HP yang memadai, dan mempunyai kuota internet yang cukup. Ada beberapa murid yang secara ekonomi orangtua mereka tidak mampu, apalagi dengan kondisi sekarang, ada yang bahkan tidak punya penghasilan. Jangankan untuk membeli HP dan quota internet, untuk makan sehari-hari saja mereka kesusahan. Solusi yang bisa dilakukan adalah, seperti pada masalah ke tiga, yaitu  mendata murid yang mempunyai kendala ini. Pemberian materi dan tugasnya berupa lembaran yang sudah difotokopikan, yang bisa diambil di sekolah, atau diantar ke rumah murid tersebut. Yang pasti penilaian yang diberikan oleh guru bukan penilaian kuantitatif, tetapi kualitatif, yaitu rincian dari kemampuan keseluruhan dari peserta didik.  Guru harus memhami keterbatasan murid dalam masalah ini.
Masalah yang ke lima adalah, latar belakang pendidikan orangtua yang rendah, misalnya tidak lulus SD, bahkan ada orangtua yang tidak bisa membaca, sehingga tidak bisa optimal mendampingi dan mengajari anaknya di rumah. Mereka tidak paham, dengan materi yang diberikan guru, padahal kewajiban orangtua adalah mendampingi anaknya selama home learning. Biasanya masalah ke lima ini ada hubungannya dengan masalah ke empat. Mereka berpendidikan rendah, dan mata pencahariannya tidak menentu. Hal ini harus menjadikan perhatian kepala sekolah dan guru. Penilaian bukan sekedar kuantitatif, tapi kualitatif. Guru tidak boleh menilai anak tersebut “bodoh”, tapi mereka memang tidak bisa maksimal belajar karena keterbatasan.
Kembali ke tujuan proses pembelajaran. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar adalah menghasilkan murid-murid yang cerdas secara menyeluruh, yaitu cerdas pengetahuan (IQ). Cerdas spiritual (SQ), Cerdas Emosi (EQ) dan Cerdas Ketangguhan (AQ). Jadi tujuan home learning bukan melulu intelektualnya saja yang diajarkan. Dalam kondisi harus belajar dari rumah, guru harus tetap menjadi motivator agar tercapai juga kecerdasan spiritual (SQ) , Kecerdasan Emosi (EQ)  dan kecerdasan ketangguhan (AQ) murid-muridnya. Dengan keterbatasan murid, misalnya tidak mempunyai HP, atau kondisi orangtuanya yang tidak mampu,  justru guru harus memberikan semangat pada anak, bahwa anak harus memahami kondisi dan tetap wajib menghormati orangtua mereka,  sehingga  kecerdasan emosi dan spiritual anak akan terbentuk, akhirnya mereka akan menjadi anak yang tangguh. Materi dan tugas diberikan dengan lembar fotokopian, bisa dikerjakan anak semampu mereka.
Situasi yang ada sekarang ini memang harus dihadapi dengan kesabaran, dan juga penuh kesadaaran dalam melakukan social distancing, juga physical distancing untuk mencegah penyebaran virus covid 19.  Belajar dari rumah adalah salah satu solusi, agar anak-anak tetap dapat belajar walaupun tidak tidak datang ke sekolah. Peran orangtua sangat penting untuk menggantikan tugas guru sementara waktu. Orangtua wajib berkomunikasi dengan guru, selama proses home learning ini.
Agar murid-murid paham mengapa mereka diliburkan, maka memberikan pengetahuan mengenai pencegahan dan perkembangan virus covid 19  penting diberikan. Guru juga harus terus mengajak murid-murid untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan selalu berdoa. Memotivasi dan menebarkan semangat kebaikan adalah tugas seorang guru.
Akhir tulisan ini, “pasti ada hikmah dari setiap kejadian”. Bersama-sama kita kompak mencegah covid 19 dengan social distancing. Tetap semangat bapak ibu guru, tetap semangat para orangtua.. Dengan beragam kendala yang ada, semoga home learning tetap bisa berlangsung dengan lancar, selama tanggap darurat covid 19 ini. Dan semoga kondisi bisa segera normal kembali, … aamiin.

Balikpapan, 01 April 2020