https://kaltim.tribunnews.com/2020/04/02/belajar-dari-rumah-apakah-mudah
( tulisan dimuat di harian Tribun Kaltim, 03 April 2020 )
Oleh : Baldwine Honest
Gunarto, M.Pd
Praktisi Pendidikan.
Pelaksanaan pembelajaran dari rumah
dalam masa darurat covid 19, untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA diperpanjang
sampai waktu yang belum dapat ditentukan, dengan melihat perkembangan
selanjutnya. Maka proses belajar mengajar yang semestinya tatap muka, masih
tetap dilaksanakan jarak jauh dengan bantuan teknologi yang ada sekarang, di
mana murid menerima materi dan mengerjakan tugas sekolah di rumah. Banyak
aplikasi yang bisa dipakai untuk mempermudah proses pembelajaran ini, misalnya WhatsApp, Skype, Google Class, Google Meet, Zoom,
dan lainnya. Materi belajar juga bisa didapatkan secara on line, misalnya di aplikasi Ruang Guru, Ruang Belajar dan
lainnya. Pastinya, semua bisa berjalan dengan baik apabila lengkap faktor
pendukungnya, yaitu guru yang memahami teknologi dan kreatif, orangtua yang
berpendidikan, sabar dan juga paham teknologi, dan tentu saja yang paling
penting adalah memiliki HP dan Laptop yang memadai, kuota internet yang cukup,
juga berada di lokasi dengan jaringan internet yang stabil.
Dalam pelaksanaan belajar dari rumah (home learning) ini, ternyata banyak hal
yang membutuhkan perhatian kita semua. Pertama, masalah tugas sekolah yang
menumpuk. Kegiatan mengajar bagi seorang guru, bukan hanya sekedar memberikan
tugas sesuai capaian kurikulum, dan kemudian selesai. Walaupun diselingi video pembelajaran,
ujungnya, murid tetap “dipaksa” menyelesaikan tugas yang tidak sedikit. Dengan
kemampuan murid, dan latar belakang keluarga yang berbeda, tentu saja ini
menjadi beban bagi murid dan orangtua, karena harus menyelesaikan benyaknya
tugas. Semestinya pemberian tugas lebih bervariasi, dan tidak monoton. Perlu
kreativitas guru dalam hal ini. Sehingga murid tidak “klenger” dengan tugas.
Masalah kedua, adalah kurangnya
pengawasan orangtua, sehingga membiarkan anak memegang HP seharian, dan tentu
saja akan membawa dampak yang kurang baik. Dengan alasan agar anak bisa belajar
on line, maka anak diberi kebebasan dalam
memainkan gawainya. Akibatnya, tugas sekolah tidak terselesaikan karena anak
terlalu asyik bermain games. Solusi masalah ini tentu saja ada di orangtua.
Karena di rumah, orangtualah yang bertanggung jawab mendampingi anak-anaknya
belajar. Sebaiknya selalu dampingi dan awasi anak-anak saat mereka belajar on line, dan tetap diberikan batas waktu
kepada anak dalam penggunaan gawai.
Masalah ketiga, adalah
tidak adanya jaringan internet di rumah tinggal siswa atau guru. Sehingga,
belajar on line tidak bisa dilakukan.
Guru harus mempunyai data murid yang rumahnya memang sama sekali tidak
terjangkau jaringan, sehingga pemberian materi dan tugasnya bisa berupa
lembaran yang sudah difotokopikan, yang bisa diambil di sekolah, atau diantar
ke rumah murid tersebut.
Masalah yang keempat, yang
perlu diperhatikan adalah, tidak semua murid memiliki HP yang memadai, dan mempunyai
kuota internet yang cukup. Ada beberapa murid yang secara ekonomi orangtua
mereka tidak mampu, apalagi dengan kondisi sekarang, ada yang bahkan tidak
punya penghasilan. Jangankan untuk membeli HP dan quota internet, untuk makan
sehari-hari saja mereka kesusahan. Solusi yang bisa dilakukan adalah, seperti
pada masalah ke tiga, yaitu mendata
murid yang mempunyai kendala ini. Pemberian materi dan tugasnya berupa lembaran
yang sudah difotokopikan, yang bisa diambil di sekolah, atau diantar ke rumah
murid tersebut. Yang pasti penilaian yang diberikan oleh guru bukan penilaian
kuantitatif, tetapi kualitatif, yaitu rincian dari kemampuan keseluruhan dari peserta
didik. Guru harus memhami keterbatasan
murid dalam masalah ini.
Masalah yang ke lima adalah, latar
belakang pendidikan orangtua yang rendah, misalnya tidak lulus SD, bahkan ada
orangtua yang tidak bisa membaca, sehingga tidak bisa optimal mendampingi dan
mengajari anaknya di rumah. Mereka tidak paham, dengan materi yang diberikan
guru, padahal kewajiban orangtua adalah mendampingi anaknya selama home learning. Biasanya masalah ke lima
ini ada hubungannya dengan masalah ke empat. Mereka berpendidikan rendah, dan
mata pencahariannya tidak menentu. Hal ini harus menjadikan perhatian kepala
sekolah dan guru. Penilaian bukan sekedar kuantitatif, tapi kualitatif. Guru
tidak boleh menilai anak tersebut “bodoh”, tapi mereka memang tidak bisa maksimal
belajar karena keterbatasan.
Kembali ke tujuan proses
pembelajaran. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar adalah menghasilkan
murid-murid yang cerdas secara menyeluruh, yaitu cerdas pengetahuan (IQ).
Cerdas spiritual (SQ), Cerdas Emosi (EQ) dan Cerdas Ketangguhan (AQ). Jadi
tujuan home learning bukan melulu
intelektualnya saja yang diajarkan. Dalam kondisi harus belajar dari rumah,
guru harus tetap menjadi motivator agar tercapai juga kecerdasan spiritual (SQ)
, Kecerdasan Emosi (EQ) dan kecerdasan ketangguhan
(AQ) murid-muridnya. Dengan keterbatasan murid, misalnya tidak mempunyai HP,
atau kondisi orangtuanya yang tidak mampu,
justru guru harus memberikan semangat pada anak, bahwa anak harus
memahami kondisi dan tetap wajib menghormati orangtua mereka, sehingga
kecerdasan emosi dan spiritual anak akan terbentuk, akhirnya mereka akan
menjadi anak yang tangguh. Materi dan tugas diberikan dengan lembar fotokopian,
bisa dikerjakan anak semampu mereka.
Situasi yang ada sekarang ini memang
harus dihadapi dengan kesabaran, dan juga penuh kesadaaran dalam melakukan social distancing, juga physical distancing untuk mencegah
penyebaran virus covid 19. Belajar dari
rumah adalah salah satu solusi, agar anak-anak tetap dapat belajar walaupun
tidak tidak datang ke sekolah. Peran orangtua sangat penting untuk menggantikan
tugas guru sementara waktu. Orangtua wajib berkomunikasi dengan guru, selama
proses home learning ini.
Agar murid-murid paham mengapa
mereka diliburkan, maka memberikan pengetahuan mengenai pencegahan dan perkembangan
virus covid 19 penting diberikan. Guru
juga harus terus mengajak murid-murid untuk menjaga kebersihan, kesehatan, dan
selalu berdoa. Memotivasi dan menebarkan semangat kebaikan adalah tugas seorang
guru.
Akhir tulisan ini, “pasti ada hikmah
dari setiap kejadian”. Bersama-sama kita kompak mencegah covid 19 dengan social distancing. Tetap semangat bapak
ibu guru, tetap semangat para orangtua.. Dengan beragam kendala yang ada,
semoga home learning tetap bisa
berlangsung dengan lancar, selama tanggap darurat covid 19 ini. Dan semoga
kondisi bisa segera normal kembali, … aamiin.
Balikpapan, 01 April 2020