Sejak tahun 2018, pendidikan Indonesia menghadapi tantangan global yang
disebut Revolusi Industri 4.0. Ilmu
pendidikan selalu berkembang seiring dengan lajunya perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, budaya, maupun tuntutan dan ekspektasi masyarakat. Kuantitas
dan kualitas seorang guru akan berimbas pada kualitas peserta didik. Guru
harus mengikuti perkembangan (updating skills) pendidikan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Guru harus mempunyai bekal pengetahuan berbagai hal
tentang konsep pembaharuan dalam pendidikan, tentang paradigma pembelajaran
terkini (Technology based, Scientific approach) agar dapat menjadi
agent of change ketika menjadi pengajar , pendidik atau pengelola yang
inovatif dan motivatif di era Revolusi Indsutri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia,
yang secara fundamental telah mengubah cara beraktivitas manusia dan memberikan
pengaruh yang besar terhadap dunia kerja. Pengaruh positif revolusi industri
4.0 berupa efektifitas dan efisiensi sumber daya dan biaya produksi meskipun
berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan. Era Revolusi Industri 4.0
membutuhkan tenaga kerja termasuk guru yang memiliki keterampilan dalam
literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Menurut Teori Darwin, “Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan
yang paling adaptif dalam merespon perubahan”. Dunia selalu berubah dan dinamis,
akan selalu muncul masalah-masalah baru yang tidak bisa dipecahkan dengan pola pikir dan
cara-cara yang lama. Itulah pentingnya kreativitas dan inovasi menjawab
berbagai perubahan. Bukan hanya sekedar “guru senior” tetapi tidak mau mengubah
pola pikir, karena justru akan tertinggal. Guru harus bisa ikut merubah pola
pikir dan sudut pandang karena murid-murid dan masalah yang dihadapi terus
berubah dengan dinamis. Harus ada motivasi yang kuat dari guru untuk berubah,
baik motivasi instrinsik, atau dari dalam diri maupun motivasi ekstrinsik, atau
motivasi dari luar.
Guru harus tangguh dan bisa menjadi inspirasi untuk orang lain. Dengan
beragam tantangan, hendaknya guru tidak mudah menyerah, atau malah berhenti, di
tengah perjalanan menuju perubahan. Agar seorang guru bisa kompetitif, perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat. Guru di era
sekarang, harus memiliki keterampilan
dalam Literasi Baru, yang terdiri dari literasi digital, literasi teknologi dan
literasi manusia. Literasi Baru akan
membuat guru kompetitif. Literasi
digital terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi
berpikir berdasarkan data dan informasi (big
data) yang diperoleh. Literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami
cara kerja mesin, aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi
untuk mendapatkan hasil maksimal. Literasi
manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis,
kreatif dan inovatif. Kemampuan literasi
baru ini menjadi modal bagi guru untuk
bisa menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif, tidak monoton hanya
bertumpu pada satu metode pembelajaran yang bisa saja membuat para peserta
didik tidak berkembang. Seorang guru diharapkan jangan pernah berhenti belajar (never stop learning).
Ada 4 jenis kompetensi yang wajib dimiliki guru di era Revolusi Industri
4.0 yang biasa disebut dengan 4 C, yaitu Critical
thinking (berpikir kritis), Collaboration
(kolaborasi), Communication
(komunikasi), dan Creativity (kreativitas). Seorang guru hendaknya berpikir kritis
dan mempunyai solusi dari setiap masalah (problem
solving), bisa berkolaborasi lintas jaringan, lincah dan mempunyai jiwa
kewirausahaan. Selain itu harus mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis
dengan efektif, bisa mengakses dan menganalisis informasi, mempunyai rasa ingin
tahu dan penuh dengan imajinasi, motivasi tinggi, dan mengenal dengan Revolusi
Industri 4.0.
Namun, ada hal-hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, yaitu
ketulusan, kejujuran, dan “hati” dari seorang guru. Peran guru secara utuh sebagai pendidik,
pengajar, pembimbing, "orang tua" di sekolah tidak akan bisa
digantikan sepenuhnya dengan kecanggihan teknologi. Karena sentuhan seorang
guru kepada para peserta didik memiliki kekhasan yang tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang atau digantikan teknologi.
Mengajar hendaknya dengan sepenuh hati, dan berkesadaran, atau bisa
disebut juga Mindful Teacher. Guru
hendaknya penuh kasih sayang, tidak menghakimi, mempunyai kecerdasan emosional
yang tinggi, mempunyai hubungan yang baik dengan pendidik lainnya , dan selalu mendengarkan maupun berkomunikasi
penuh kesadaran. Intinya, bisa menjadi guru yang menginspirasi, yang selalu
membawa yang terbaik dari mereka ke dalam pembelajaran.
Bapak Ibu Guru, tetaplah bekerja dengan hati, Tetaplah mendidik dengan hati. Fokus pada membangun
kapasitas diri, kepada kemampuan dan keahlian yang tidak mudah digantikan oleh
mesin.
Tetap semangat di era yang penuh perubahan. Semua guru bisa berubah ke arah yang lebih baik asal mau
berupaya dengan bekerja lebih keras dan bekerja cerdas dari sebelumnya. Karena
Tuhan tidak akan mengubah keadaan sampai kita sendiri yang mau mengubahnya.